Senin, 03 Desember 2012

Informasi Film dan Alur Cerita :Jab Tak Hai Jaan





Plot
The film begins with Samar Anand (Shahrukh Khan) a major from the Indian Army, defusing a bomb. After a while, Akira Rai (Anushka Sharma), a Discovery Channel intern, dives in a cold river in Ladakh because of a bet. As soon as she got into the river, she felt so cold that she started drowning and cried for help. Samar saves her and gave his jacket to warm her. Akira, offended by his late reaction, starts yelling at him. After reaching her hotel, she finds out a diary which falls from the jacket's pocket. Curious, she starts reading it.
Samar, aged 28, was a struggling immigrant in London, working as a street musician and a seafood seller. He was offered a job to be a part-time waiter in a hotel, which he accepted. One day, he meets Meera (Katrina Kaif) in her engagement party taking place at his hotel. Meera believed that giving up something she loves is the only way to ask for a favour. In exchange for some English lessons, Samar agreed to teach Meera a Punjabi song. In the process, Samar fell in love with Meera. Samar helped Meera get out of her shell & also in resolving her issues with her mother which made Meera reciprocate his feelings. On the day when Meera was going to tell her father about their relationship, Samar is hit by a car and goes unconscious. Meera starts praying to God to save Samar and makes a vow to never meet him again. Soon, Samar makes a speedy recovery. Samar comes to know about the vow and in anger, tells her to go away and leaves London, giving all his money to his roommate. Samar challenges God to keep him alive while he will risk his life everyday because he believes his death is the only way to make Meera lose her faith in the deity who stole his love. He goes to India and gets a job as an army officer posted in Kashmir.
As Akira finishes reading the diary, she requests her boss to make a documentary about the bomb disposal squad of the Indian Army, and is granted permission. She approaches Samar and his colleagues for help and soon gets acquainted with them. She soon starts showing romantic feelings towards Samar, though he refuses reciprocation due to his past. Akira makes the film successfully and departs for London, earning her praise from her boss but to launch it, she needs Samar to come to London. After extensively persuading an overly hesitant Samar to come with her, he again gets hit by a car and is diagnosed with Retrograde amnesia, remembering only the events before his former accident. Akira meets Meera to help her try and recover Samar's memory, but she is hesitant as Meera is happy with her own family. Later, it is revealed that Meera never married her fiancĂ© as she loved Samar too much. Meera pretends to be Samar's wife to recover his memory and Samar is told that he is the owner of a big restaurant. During this time, Akira realizes that Major Samar is only a fragment of young Samar who was a jubilant social man while today's is a lonely bitter individual. Later, he comes across a bomb and diffuses it, which results in his memory returning and realising that Meera has been lying to him. Samar gives Meera a condition, either come along with him or he will keep on risking his life until he is dead. Samar departs for Kashmir where he continues defusing bombs. During a conversation with Akira, Meera realizes that her beliefs and prayers subjected Samar to a fate worse than death. Meera, realising her mistake, travels to Kashmir where they reunite, while Akira is shown addressing an audience in London, stating how Samar will be defusing his last bomb in India because there is a time for love, and the time for Samar and Meera's love is now.

Sri Sultan Hamengku Buwono X


Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan tahun 2009 merupakan tahun politik karena kegiatan politik semakin memanas menjelang Pemilu legislatif yang dilaksanakan April. Namun, di sisi lain menjadi tahun berat menghadapi dampak krisi keuangan.
"Dalam konteks itu, yang harus kita jaga bersama adalah bayangan memburuknya kondisi ekonomi jangan sampai berdampak pada kemunduran proses demokratisasi yang secara gradual sudah semakin terbentuk," katanya saat menyampaikan pesan Tahun Baru 2009 di Yogyakarta, Rabu (31/12).
Dengan kondisi seperti itu, menurut dia, diperlukan komitmen bersama seluruh rakyat untuk mengembangkan demokrasi yang otentik, diikuti pendidikan politik agar rakyat sadar akan haknya dalam Pemilu nanti.
Dalam menyongsong 2009, ada beberapa masalah bangsa yang perlu dicermati dan dipecahkan bersama, yakni stigma keterpurukan bangsa yang jika berkepanjangan akan berakibat pada berkurangnya rasa percaya diri sehingga memperlemah kebijakan.
Masalah lainnya adalah eskalasi konflik antarsesama cukup memprihatinkan dan mengancam integrasi sosial, dan dalam berbagai tataran kehidupan cukup banyak terlihat terjadinya krisis moral dan etika.
Selain itu, juga memudarnya semangat kebangsaan, di mana komitmen untuk memelihara persatuan bangsa dalam arti sosial dan budaya di berbagai tempat banyak mengalami cobaan.
"Menghadapi kenyataan itu, ruh dan semangat kebangsaan perlu selalu dihidupkan, dengan gerakan membangun watak multikultural, yang ramah menyapa perbedaan sosial, budaya, dan agama," katanya.
Ia mengatakan, tahun baru diharapkan membawa perbaikan, keberkahan, dan keberuntungan. Dalam menyambut pergantian tahun, baik tahun Masehi maupun Hijriyah atau tahun Jawa, setiap orang pun banyak menaruh harapan.
"Artinya, dalam hidup ini kita dapati dua periode waktu, yakni masa lalu dan masa depan. Masa kini hanyalah sebuah momentum pendek yang segera berlalu," katanya.
Jika orang hanya berorientasi pada apa yang telah terjadi, tentu orang tidak dapat lagi mengubahnya. Namun, jika orang memfokuskan perhatian pada masa depan, jelas akan menawarkan segala kemungkinan, di mana orang memiliki kendali untuk mengubahnya.
"Oleh karena itu, selain disibukkan untuk membuat asumsi tentang indikator ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan kiranya kita perlu menciptakan iklim yang kondusif," katanya.
Iklim yang kondusif dapat membuat birokrasi bekerja demi kepentingan masyarakat, kaum intelektual yang kreatif dengan komitmen, wirausahawan yang inovatif, serta didukung elit politik yang berdedikasi bagi rakyat. Dengan demikian, diharapkan akan lahir sinergi di pusat pengambil kebijakan, di dunia intelektual, dan di komunitas wiraswasta.
"Dengan dukungan modal sosial yang dimiliki masyarakat, mereka dituntut untuk bekerja dan mengabdi sebagai agen perubahan, di mana di tangan mereka pula mutu kehidupan bangsa ini dipertaruhkan," katanya.