Sabtu, 14 Mei 2011

KEPARIWISATAAN INDONESIA DI TAHUN 2011

KEPARIWISATAAN INDONESIA DI TAHUN 2011

Jakarta, 15 Mei 2011
Kita bersyukur bahwa target pariwisata Indonesia yang dicanangkan pemerintah untuk tahun 2010 dapat tercapai. Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) yang datang berkunjung ke Indonesia sepanjang tahun lalu mencapai 7 juta orang atau mengalami pertumbuhan sebesar 9,3 % dengan meraup devisa sebesar 7 miliar dolar AS atau setara Rp63 triliun {kabarbisnis.com). Keberhasilan ini tidak datang begitu saja, tetapi melalui usaha kerja keras dan peran aktif dari semua pihak. Pemerintah bersama para pelaku usaha pariwisata serta dukungan masyarakat luas bahu membahu untuk mensukseskan program Tahun Kunjungan Indonesia 2010 (Visit Indonesia Year 2010) sebagai kelanjutan dari program tahun-tahun sebelumnya.
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh pemerintah bekerja sama dengan unsur-unsur pariwisata antara lain melalui keikutsertaan dalam ajang pameran internasional, penerbitan brosur leaflet, pengiriman misi kesenian/ kebudayaan ke luar negeri, pemutaran film dokumenter pariwisata membuahkan hasil yang positif.
Kunjungan wisatawan mancanegara menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun, tahun 2008 5,9 juta orang kemudian tahun 2009 6,4 juta orang, tentunya ini pertanda yang menggembirakan bagi perkembangan kepariwisataan Indonesia. Memang pariwisata kita sempat terguncang akibat aksi terorisme Bom Bali I dan II. Waktu itu banyak negara pengirim wisatawan {tourist generating countries) yang mengeluarkan larangan bepergian {travelbari) bagi warganegaranya ke Indonesia demi alasan keamanan. Akan tetapi syukurlah keadaan itu tidak berlangsung lama dan segera pariwisata Indonesia kembali putih sehingga dapat "bersinar" lagi.
Faktor keamanan memang berpengaruh terhadap kondisi pariwisata suatu negara. Sebut saja Thailand yang sektor pariwisatanya sempat mengalami keguncangan saat terjadi demonstrasi massa "kaos merah" yang anti pemerintah tahun lalu. Kerusuhan yang berlangsung selama berhari-hari itu membuat wisatawan mancanegara enggan berkunjung ke negeri gajah putih tersebut, sehingga pemerintah Thailand dalam hal ini kehilangan pemasukan devisa yang sangat besar dan tercoreng citranya sebagai negara tujuan wisata dunia.
Hal serupa juga dialami Mesir yang saat ini mengalami pergolakan politik yang mengarah kepada krisis kekuasaan sehingga dipastikan sangat berpengaruh kepada kondisi kepa,riwisataannya. Padahal Mesir dikenal memiliki obyek-obyek wisata yang sangat menarik bagi para wisatawan mancanegara berupa benda-benda/artefak peninggalan sejarah kuno seperti piramid, sphinx (singa berkepala manusia), makam raja Firaun dan banyak lagi lainnya. Pariwisata sudah sejak lama menjadi sumberdevisa andalan bagi negara itu, sehingga dapat dibayangkan berapa devisa yang hilang percuma akibat instabilitas keamanan yang terjadi.
Jadi Ketua ASEAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa pariwisata pada dasarnya membutuhkan iklim yang kondusif bagi pengembangannya. Selain aspek politik dan keamanan seperti yang disebutkan di atas, pariwisata juga tidak lepas dari aspek ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan infrastruktur yang memadai seperti jalan raya, jaringan listrik, telepon dan air yang diikuti fasilitas akomodasi, rumah makan, hiburan dan industri kerajinan akan sangat menunjang keberhasilan pembangunan kepariwisataan itu sendiri. Di samping itu kesadaran sosial dan pemahaman yang tinggi dari masyarakat terhadap nilai-nilai positif kepariwisataan yang dewasa ini tendensinya mengarah kepada pariwisata yang berwawasan lingkungan {green tourism) serta kesadaran untuk melestarikan nilai-nilai dan aset budaya merupakan faktor pendorong bagi kemajuan pariwisata.
Diharapkan sektor kepariwisataan Indonesia mampu mengejawantahkan semua hal tersebut di atas, sehingga kita dapat menempatkan diri sejajar dengan negara-negara lain khususnya negara-negara ASEAN. Selanjutnya suatu kesempatan emas kini terbentang di depan mata! Pada tahun ini Indonesia mendapat giliran sebagai Ketua ASEAN yang akan dijabat oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tentunya kesempatan ini harus dapat kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dari sisi kepariwisataan banyak peluang yang bisa kita raih.
Dengan posisi sebagai Ketua, Indonesia bisa berkesempatan untuk menjadi tuan rumah bagi penyelenggaraan MICE {Meeting, Incentive, Convention and Exhibition). Seperti halnya KTT ASEAN yang akan diselenggarakan pada bulan April dan Oktober 2011 di Jakarta dan Bali serta pertemuan-pertemuan tingkat Menteri/Dirjen, para ahli/cendekiawan dan kalangan pengusaha ASEAN.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata berencana untuk mengelar berbagai event MICE di 15 destinasi utama Sebagai konsekwensinya daerah-daerah tersebut harus mempersiapkan prasarana dan sarana dengan sebaik-baiknya serta pengalokasian anggaran yang diperlukan.
Dengan posisi sebagai Ketua ASEAN tahun ini sesungguhnya merupakan blessing in disguise khususnya bagi sektor kepariwisataan Indonesia. Dengan berpijak pada pengalaman sebelumnya, kita optimis melalui kerja keras bahu membahu antara pemerintah dan semua pihak yang berkepentingan target yang dicanangkan oleh pemerintah untuk tahun ini sebanyak 7,7 orang wisman dengan perolehan devisa sebesar 8,5 miliar dolar AS semuanya dapat tercapai. InsyaAllah! (IS)