Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan tahun 2009
merupakan tahun politik karena kegiatan politik semakin memanas menjelang
Pemilu legislatif yang dilaksanakan April. Namun, di sisi lain menjadi tahun
berat menghadapi dampak krisi keuangan.
"Dalam konteks itu, yang harus kita jaga bersama
adalah bayangan memburuknya kondisi ekonomi jangan sampai berdampak pada
kemunduran proses demokratisasi yang secara gradual sudah semakin
terbentuk," katanya saat menyampaikan pesan Tahun Baru 2009 di Yogyakarta , Rabu (31/12).
Dengan kondisi seperti itu, menurut dia, diperlukan
komitmen bersama seluruh rakyat untuk mengembangkan demokrasi yang otentik,
diikuti pendidikan politik agar rakyat sadar akan haknya dalam Pemilu nanti.
Dalam menyongsong 2009, ada beberapa masalah bangsa yang
perlu dicermati dan dipecahkan bersama, yakni stigma keterpurukan bangsa yang
jika berkepanjangan akan berakibat pada berkurangnya rasa percaya diri sehingga
memperlemah kebijakan.
Masalah lainnya adalah eskalasi konflik antarsesama cukup
memprihatinkan dan mengancam integrasi sosial, dan dalam berbagai tataran
kehidupan cukup banyak terlihat terjadinya krisis moral dan etika.
Selain itu, juga memudarnya semangat kebangsaan, di mana
komitmen untuk memelihara persatuan bangsa dalam arti sosial dan budaya di
berbagai tempat banyak mengalami cobaan.
"Menghadapi kenyataan itu, ruh dan semangat kebangsaan
perlu selalu dihidupkan, dengan gerakan membangun watak multikultural, yang
ramah menyapa perbedaan sosial, budaya, dan agama," katanya.
Ia mengatakan, tahun baru diharapkan membawa perbaikan,
keberkahan, dan keberuntungan. Dalam menyambut pergantian tahun, baik tahun
Masehi maupun Hijriyah atau tahun Jawa, setiap orang pun banyak menaruh
harapan.
"Artinya, dalam hidup ini kita dapati dua periode waktu,
yakni masa lalu dan masa depan. Masa kini hanyalah sebuah momentum pendek yang
segera berlalu," katanya.
Jika orang hanya berorientasi pada apa yang telah terjadi,
tentu orang tidak dapat lagi mengubahnya. Namun, jika orang memfokuskan
perhatian pada masa depan, jelas akan menawarkan segala kemungkinan, di mana
orang memiliki kendali untuk mengubahnya.
"Oleh karena itu, selain disibukkan untuk membuat
asumsi tentang indikator ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan kiranya
kita perlu menciptakan iklim yang kondusif," katanya.
Iklim yang kondusif dapat membuat birokrasi bekerja demi
kepentingan masyarakat, kaum intelektual yang kreatif dengan komitmen,
wirausahawan yang inovatif, serta didukung elit politik yang berdedikasi bagi
rakyat. Dengan demikian, diharapkan akan lahir sinergi di pusat pengambil
kebijakan, di dunia intelektual, dan di komunitas wiraswasta.
"Dengan dukungan modal sosial yang dimiliki
masyarakat, mereka dituntut untuk bekerja dan mengabdi sebagai agen perubahan,
di mana di tangan mereka pula mutu kehidupan bangsa ini dipertaruhkan,"
katanya.
"Dengan dukungan modal sosial yang dimiliki masyarakat, mereka dituntut untuk bekerja dan mengabdi sebagai agen perubahan, di mana di tangan mereka pula mutu kehidupan bangsa ini dipertaruhkan,"
BalasHapus